Seluma– Persoalan masih minimnya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah serta serangan pandemi covid-19 yang mengancam perkembangan dan kelestarian seni budaya yang ada di Kabupaten Seluma. Salah satunya, seni budaya kuda lumping atau jaranan. Mirisnya, saat ini satu persatu keberadaan komunitas pecinta seni kuda lumping mulai buyar/bubar. Kamis ( 14/10/2021 ).
” Sudah banyak keberadaan komunitas kuda lumping yang ada di Seluma ini yang buyar. Bahkan, peralatan dan anggotanya kocar-kacir karena jarang latihan dan jarang tampil,” Ungkap Barnabas Kasno ( 70 ) salah satu pecinta dan penggiat seni kuda lumping Condro Warso Alit di Dusun Petai Keriting Kelurahan Sido Mulyo.
Tidak hanya itu, menurutnya ancaman persoalan lainnya sudah banyak para senior, pelatih dan penggiat kuda lumping yang ada di Seluma yang sudah tua dan tutup usia. Hal itulah juga yang menghawatirkan dan menjadi penyebab seni budaya kuda lumping makin terkikis dan tergerus oleh zaman.
” Bahkan sudah sering kita ajukan ke pemerintah daerah, setidaknya kalau tidak bisa bantu dana, mau tanggapan (Sewa-red). Tapi nyatanya jangankan ditanggap di hari besar ataupun perayaan HUT Kabupaten, setiap peringatan kemerdekaan di Desa saja perangkat desa lebih memilih nanggap organ tunggal,” ujar Barnabas Kasno sembari menikmati cerutu lintingan buatannya sendiri.
Sementara itu, salah seorang pengamat dan pecinta Seni Budaya Jawa, Ahmad Ridwan mengakui, lemahnya perhatian pemerintah daerah selama ini menjadi satu problem utama yang mengancam kelestarian seni budaya.