Selain persoalan plasma, warga juga menyoroti minimnya keterbukaan perusahaan dalam menjalankan program CSR. Menurut mereka, berbagai janji terkait pembangunan infrastruktur desa, bantuan sosial dan pemberdayaan masyarakat hanya sebatas wacana tanpa realisasi yang jelas.
”CSR itu bukan formalitas atau laporan angka di atas kertas. Kami butuh bukti nyata di lapangan. Kalau memang ada program, mana hasilnya? Kenapa tidak transparan?,” ujarnya.
Tak kalah penting, warga juga menyampaikan protes atas sistem ketenagakerjaan di PT Agri Andalas. Mereka menilai perusahaan lebih banyak merekrut tenaga kerja dari luar daerah. Sementara warga lokal kesulitan mendapatkan pekerjaan, meskipun berada di wilayah konsesi.
”Kami ini tinggal di sekitar kebun, tapi kenapa yang kerja justru orang luar?. Ini ketidakadilan yang sudah terlalu lama terjadi,” tegasnya.
Dalam aksi damai massa akan membawa spanduk dan melakukan orasi secara bergantian. Menuntut agar pihak manajemen PT Agri Andalas segera turun dan melakukan dialog terbuka dengan masyarakat. Masyarakat menyatakan akan terus bertahan dan melakukan aksi lanjutan jika tidak ada respon yang konkret.
”Kami tidak mencari keributan. Kami hanya ingin hak kami diakui dan dihargai. Kalau tidak ada jawaban, aksi akan terus berlanjut,” pungkas Mariadi.
Aksi ini mencerminkan potret relasi yang timpang antara korporasi besar dan Aksi ini mencerminkan potret relasi yang timpang antara korporasi besar dan masyarakat lokal. Harapannya, PT Agri Andalas bisa segera merespons tuntutan ini secara bijak demi terciptanya keadilan sosial dan keharmonisan antara perusahaan dan warga sekitar.
Pewarta : Renaldi
Editor : Do















