Dikarenakan, adat dan budaya dahulu adalah padu padan dari berbagai budaya, katanya, oleh nenek moyang dulu, karena waktu itu sudah banyak pengaruh (red, modern”sudah berkelompok, seperti kerajaan kecil bukan individu”) lantas dikombinasikan untuk dijadikan panduan, itu seharusnya dibukukan dan ditulis lalu minta pihak sekolah mengenalkan dan menyampaikan kepada siswa/siswi.
“tak kenal maka tak sayang, bagaimana mau sayang dan cinta kalau tidak kenal. Jadi hendaknya tulis dan bukukan dulu, baru nanti dibuat kurikulum khusus adat budaya seluma disekolah, supaya tujuan melestarikan adat dan budaya program Seluma Bergama dan Berbudaya tercapai,” tandasnya.
Dalam pembicaraan singkat melalui via telpon WhatsApp itu, dirinya juga mengapresiasi upaya BMA Seluma dalam melestarikan bagian seni adat dan budaya Seluma, seperti beberapa tarian yang sering dipentaskan.
Tetapi dengan tegas Ia mengingatkan, kalau tarian yang menggunakan rejung tidak dilakukan pada siang hari (tari memanjo), seharusnya tari pakai rejung dilakukan malam hari (tari Andun). Jangan sampai terjadi pembelokan sejarah.
Berdasarkan berbagai sumber penting (pelaku sejarah), berdasarkan seni adat budaya Serawai, rejung dilakukan oleh pasangan menari tari Andun pada malam hari, seusai menari menggunakan bahasa halus kiasan untuk mengungkapkan perasaan dan jawaban pasangan yang menari secara berbalas-balasan.
“yang Berejung bukan orang tua seperti sekarang. Apalagi yang Berejung laki orang dibalas oleh istri orang lain. itu kalau adat kita (red, Serawai), atau bisa jadi beda dengan pengetahuan saya, kalau memang berdasarkan seni adat budaya Serawai, berarti itu tidak benar, Saya cuman meluruskan.” tutupnya. (Do).















